Pages

Organisme Interstitial


Kali ini GPS ngebahas tentang Organisme Interstitial. Apa itu Organisme Interstitial ? Apa saja yang mempengaruhi keberlangsugan hidup Orgaisme Interstitial ? dan bagaimana adaptasi yang dilakukan dalam menghadapi faktor yang mempengaruhi ?
Biar lebih jelas langsung aja ke pembahasan, :)

Definisi Orgaisme Interstitial
            Interstitial adalah suatu istilah umum yang ditujukan pada organisme yang menempati ruangan di antara butiran-butiran pasir. Psammon adalah sinonim untuk organisme interstitial, mengenai semua yang hidup diantara butir-butiran pasir. Istilah mesopsammon membicarakan semua organisme interstitial yang berhubungan dengan tepi pantai air tawar atau air panyau, sedangkan thalassopsammon adalah organisme yang berasosiasi dengan tepian laut dan daerah pasir.

Macam-macam Organisme Interstitial
Organisme yang membentuk psammon macamnya sangat banyak dari fila invertebrata, sebagian diwakili oleh satu atau sejumlah kecil spesies saja, sedangkan yang lain melimpah baik dalam jumlah individu maupun spesies. Psammon meliputi berbagai organisme seperti filum  Protozoa yang diwakili sejumlah besar spesies siliata, Filum Platyheminthes, Filum Nemathelminthes, Filum Rotifera, dan filum Krustacea.
1.      Filum Platyheminthes
Kelompok ini dikenal sebagai cacing pipih karena bentuknya yang pipih atas bawah. Hewan ini tidak beruas, triploblastik, simetris bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom (coelom) dan biasanya hermaprodit. Umumnya mulutnya terletak dibagian bawah dan ditengah tubuhnya. Kelas Turbellaria sering ditemukan pada daerah interstitial.
Dari kelas Turbellaria, ordo Acoela merupakan hewan laut kecil yang dapat ditemukan diantara batu-batuan dan diantara ganggang laut. Pada tubuh hewan ini tumbuh ganggang laut dan hewan ini memanfaatkan makanan yang dihasilkan ganggang tersebut untuk makanannya. Simbiosis ini begitu lengkap sehingga cacing Turbellaria kehilangan sistem pencernaannya.



2.      Filum Nemathelminthes
Nemathelminthes merupakan cacing bulat tak beruas, untuk membedakannya dari cacing pipih (Platyheminthes) dan cacing beruas (Annelida) adalah cacing ini memiliki tubuh panjang dan ramping dengan permukaan tubuh halus dan mengkilap. Salah satu atau kedua ujungnya meruncing, alat kelamin terpisah dan dapat menghasilkan beribu-ribu butir telur. Filum ini terbagi kedalam dua kelas, yakni Nematoda (mempunyai usus tetapi tidak mempinyai belalai) dan Acanthocephala (tidak mempunyai usus tetapi mempunyai belalai berduri). Nematoda merupakan cacing bulat yang paling banyak ditemukan didaerah interstitial.
Nematoda ( Cacing Benang )
Di pantai terdapat cacing benang yang hidup bebas tetapi begitu tak nyata sehingga lewat dari pengamatan kita. Nematoda hidup bebas sebagai pembangkai (scavenger), hidup dari partikel-partikel zat organic renik yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan yang membusuk, yang disedot dengan kerongkongan berotot.
Cacing benang memiliki tubuh silendrik tak beruas dan ujung-ujungnya meruncing. Tubuhnya dilapisi oleh kutikel ulet dan biasanya ditanggalkan empat kali selama hidupnya. Mulutnya terletak diujung depan dan anus didekat ujung belakang. Mereka bergerak dengan gerakan tubuh yang mengombak.


3.      Filum Rotifera
Filum rotifera atau Rotatoria merupakan Metazoa yang sangat kecil. Rotifera pernah dianggap sebagai Infusoria. Rotifera merupakan filum menarik karena bentuk tubuhnya sangat menyerupai larva trokofor. Larva trokofor adalah salah satu fase dari daur hidup molussca dan Annelida. Kepala rotifera mempunyai banyak bulu getar yang membantu untuk bergerak dan menarik makanan ke dalam mulutnya. Ekor atau kakinya bercabang dan menempel pada benda dengan cara mengeluarkan sekresi dari kelenjar semen. Tubuhnya biasanya berbentuk silendrik dan ditutupi oleh kutikel serupa cangkang, kelamin rotifera terpisah. Rotifera sebagai mesopsammon sedangkan Gastrotricha sebagai thalassopsammon.

4.      Filum Krustacea
Krustacea pada dasarnya diwakili oleh kopepoda (hewan kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang) dan ostrakoda yang berlimpah dan beberapa kelompok kecil lainnya misalnya Mystacocarida.



 Ostracoda


             Badannya terbungkus dalam cangkang tipis menyerupai cangkang kerang. Jantungnya dapat dilihat berdenyut dibawah cangkang yang setengah tembus pandang. Kelompok ini memiliki mata yang majemuk atau tidak. Jika ada mata letaknya lebih di samping dari pada dibagian ujung depan. Mempunyai antena yang berkembang baik, ada dua atau satu embelan dada yang tidak pipih, ada palpus mandibel yang biasanya bercabang dua.


     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organisme Interstitial
Kondisi yang mempengaruhi fauna interstitial agak berbeda dengan kondisi yang mempengaruhi makrofauna di daerah yang sama. Mungkin faktor paling penting yang menentukan keberadaan, ketiadaan, dan tipe organismee interstitial adalah ukuran butiran. Ukuran butiran sangat penting dalam menentukan besarnya ruangan interstitial yang tersedia untuk tempat tinggal. Makin besar ukuran butiran, makin besar volume ruangan interstitial dan oleh sebab itu makin besar pula organisme intersttital yang dapat mendiami tempat tersebut. Sebaliknya maikn kecil ukuran butiran, makin kecil pula ruangan yang tersedia dan dengan demikian makin kecil pula organisme yang dapat mendiami tempat tersebut. Oleh karena itu ukuran butiran bertindak sebagai suatu pembatas yang jelas terhadap penyebaran organisme psammon. Organisme psammon memperlihatkan suatu zonasi yang jelas berdasarkan ukuran butiran.
Ukuran butiran juga sangat penting karena menentukan kemampuan suatu tepian dalam penahanan dan sirkulasi air. Organisme interstitial adalah organisme akuatik dan oleh karena itu membutuhkan kehadiran air di ruang antar butiran pasir untuk dapat hidup. Apabila butiran terlalu kasar, daya kapiler pasir tak dapat menahan air sehingga air akan mengalir ke luar, dan hanya meninggalkan sesuatu lapisan tipis yang menyelimuti butiran. Sebaliknya, pantai yang berbutiran halus mampu menahan cukup banyak air di ruangan antarbutiran dengan daya kapiler.
        Sirkulasi air melalui pori-pori di dalam pasir penting karena gerakan air ini memperbarui pergerakan oksigen. Sirkulasi yang paling baik terdapat pada pantai yang butiran pasirnya kasar dan berkurang pada pantai yang butiran pasirnya halus. Apabila ukuran butiran pasirnya sangat  halus, misalnya pada pantai berlumpur, sirkulasi sama sekali terhenti, dan akibatnya terbentuk lapisan anaerobic pada sedimen.
Selain ukuran butiran, kondisi mineral butiran juga penting artinya bagi penentuan komposisi psammon. Asosiasi organisme yang terdapat di pasir silica akan berbeda dengan yang terdapat di pasir karbonat.
     Selain faktor diatas, beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap Organisme Intrestitial adalah sebagai berikut:
1.      Oksigen
Semua sedimen laut mempunyai suatu lapisan yang mendapatkan oksigen dipermukaannya, sedangkan dibawahnya terdapat lapisan yang anoksik. Oleh karena itu, organisme interstitial yang hidup di bawah kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi bebas oksigen. Ketebalan lapisan yang mendapatkan oksigen bergantung pada beberapa factor umpamanya ukuran butiran, jumlah bahan organic, dan turbulensi air.

2.      Suhu
Kisaran suhu paling extreme terjadi dipantai intertidal dan dilapisan pantai paling atas. Kisaran suhu minimum terjadi di pasir subtidal dan di pasir intertidal pada kedalaman di bawah 10-15 cm. Lapisan pasir permukaan suatu pantai bertindak sebagai insulator bagi lapisan-lapisan bawah, yang dengan efektif meredam setiap perubahan suhu yang mencolok, perubahan suhu bergantung pada suhu udara, pengaruh angin dan hujan, jumlah cahaya matahari yang menerpa permukaan, dan suhu air laut. Fauna yang mendiami daerah lapisan pantai paling atas, akan berbeda dengan fauna yang terdapat dilapisan bawah, fauna yang hidup di daerah extreme mempunyai kemampuan toleransi cukup besar terhadap perubahan suhu.

3.      Salinitas
Penurunan salinitas mungkin terjadi dipantai intertidal karena limpahan air tawar ke pantai pada saat pasang surut atau karena turunnya hujan lebat. Perbahan salinitas biasanya terbatas pada lapisan atas pantai, karena lapisan bawah melalui daya kapiler mampu mempertahankan tingkat air asin yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan air tawar lebih ringan dari pada air asin, sehingga air tawar tak dapat menembus ke bawah titik dimana air laut ditahan oleh kapiler.

4.      Kekuatan Ombak
     Kekuatan ombak bekerja baik pada daerah interstitial maupun daerah subtidal, tetapi paling mencolok pada daerah intertidal. Ombak yang memecah dan ombak yang bergerak mengakibatkan pasir pada lapisan paling atas tersuspensi kembali dan secara musiman menyebabkan pindahnya atau mengendapnya kembali sejumlah besar pasir dengan sempurna. Oleh karena itu, apabila pantai teraduk, keseluruhan rangkaian ruangan dalam diatur kembali dan dengan sendirinya organisme berpindah. Hal tersebut merupakan suatu peristiwa yang mempunyai dampak sangat besar terhadap organisme yang tempat tinggalnya bergantung pada ruangan antarbutiran.

Adaptasi Organisme Interstitial
Banyak faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup Organisme Interstitial ini. Untuk mempertahankan hidupnya maka organisme Interstitial akan melakukan suatu penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya (Adaptasi).
Kebanyakan adaptasi morfologik yang diamati pada fauna interstitial tampaknya berhubungan erat dengan beberpa aspek lingkungan, yang dapat ditinjau di sini. Lingkungan merupakan sesuatu yang dinamis dan tiap-tiap butiran pasir di lapisan atas secara tidak henti-hentinya tersuspensi dan terendapkan, dengan demikian baik letaknya maupun besarnya ruangan interstitial selalu berubah. Agar dapat hidup di sini, organism psammon harus tetap berada di ruangan pasir dan harus berusaha untuk tidak tergencet oleh partikel pasir yang bergerak dan tidak terlempar ke dalam bentuk plankton yang tak memungkinkannya hidup.
Mungkin adaptasi yang sangat nyata terhadap lingkungan ini adalah ukuran. Semua organism interstitial sangat kecil. Lebih lanjut, dalam fauna ini dijumpai wakil yang paling kecil dari hampir semua fila yang besar. Sebagai contoh moluska, echinodermata, dan cacing annelid biasanya berupa binatang yang cukup besar. Leptosynapta minuta berukuran 2 mm, Caecum glabrum berukuran 2 mm, Diurodrilus minimus berukuran 350 µm, dan Psammohydra nanna hanya 1 mm. Tetapi protozoa ciliata, pada umumnya berukuran lebih besar daripada siliata yang hidup di lingkungan lain. Tetapi ciliate yang lebih besar ini menjadi lebih pipih dan lebih memanjang sehingga lebih memungkinkan baginya untuk hidup di ruangan antarbutiran yang senpit. Dalam hal ini, ukuran lebih besar berarti harus lebih panjang.
Adaptasi lain diperlihatkan pada bentuk tubuh. Kebanyakan organism interstitial bertubuh memanjang atau seperti cacing, walaupun dalam keadaan normal tidak berbentuk cacing. Bentuk tubuh lainnya diperlihatkan oleh organisme yang sangat pipih. Organism pipih sesuai untuk masuk ke ruangan sempit, dan luas permukaannya makin besar untuk melekatkan diri pada butiran pasir. Adaptasi yang terakhir ini penting artinya dalam mempertahankan hidup karena hal itu memungkinkan organism tetap berada di butiran pasir pada saat resuspensi.
Orang mengira bahwa organism yang hidup di lingkungan yang sibstratnya sering mengalami reorganisasi akan menghadapi kemungkinan terbentur pada saat butiran pasir saling bertumbukan. Sebagai respons terhadap hal itu, banyak binatang psammon mengembangkan berbagai tipe alat untuk memperkuat dinding tubuh. Kerangka spikula dijumpai pada ciliate misalnya Remanella, cacing pipih turbelaria Acanthomacrostomum spiculiferum ,serta Rhodope dan Hedylopsis. Gastrotricha di pihal lain, mempunyai perisai dan sisik, sedangkan nematode mengandalkan kutikula yang tebal dan berat. Binatang yang lembut dan tidak memiliki perisai pelindung rupanya mengembangkan kemampuan deapat cepat memperp[anjang atau memperpendek tubuh, dan memungkinkannya menghindari himpitan. 
Dua tipe adaptasi terakhir yang berupa respons terhadap kebutuhan organism interstitial untuk bertahan hidup di dalam pasir dan tidak terlempar ke luar pada waktu peristiwa resuspensi perlu diperhatikan. Banyak species dari berbagai fila umpamanya caing pipih dan gastrotricha, mempunyai alat pelekat untuk menempelkannya pada butiran pasir. Crustacean dan tardigrada sanggup berbuat yang serupa dengan menggunakan pengait atau cakar pada anggota badannya. Stratokis (alat keseimbangan), untuk mendeteksi gravitasi dan dengan demikian dapat membedakan atas dan bawah. Alat indra serupa ini membuat organism mampu memutuskan dengan cepat harus bergerak kea rah mana pada saat resuspensi dan oleh karena itu organism tersebut akan kembali ke apsir, bukan ke atas, ke dunia air terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada yang kurang di mengerti atau ada yang perlu di koreksi silahkan komentar, baik berupa pertanyaan ataupun koreksi.