interesting books

Sistem integumen Ikan (Sistem Anatomi Ikan)


GPS kali ini menuliskan poting lanjutan dari posting sebelumnya, yaitu tentang ICHTIOLOGY dimana dalam ICHTIOLOGY juga di pelajari tentang sistem-sistem pada tubuh ikan, dan Sistem Integumen ini merupakan salah satunya. Langsung saja... berikut pembahasannya... smoga bermanfaat....


Check it Out 

Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup tersebut hidup atau berada.
Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit beserta drivat, contohnya adalah sisik dan kelenjar beracun. Terlebih dahulu sebenarnya apa saja sih kegunaan kulit bagi ikan ??

         1. Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis dan lapisan dalam yang disebut Dermis atau Corium.
      a.       Epidermis
Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam epidermis.
  •   Lendir, pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin. Jika zan tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah. Pada ikan yang tidak memiliki sisik lendir yang dihasilkan lebih banyak daripada ikan yang memiliki sisik. Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat, pada ikan belut lendiri digunakan untuk mempertahankan diri dari mangsa khususnya manusia yang membuat tubuhnya licin dan sulit digenggam. Selain itu lendir juga berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipariabel yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.
      b.      Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik.

  •  Sisik ikan
     Terdapat macam-macam sisik ikan, yang diantaranya :
           1)      Sisik Pelacoid
           2)      Sisik Ctenoid
           3)      Sisik Cycloid
           4)      Sisik Cosmoid dan Ganoid

Berikut penjelasannya :
      1)      Sisik Pelacoid
Sisik Placoid atau dermal denticle, yaitu sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan Chondrichthyes disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.
      2)      Sisik Ctenoid
Sisik Ctenoid terdapat pada ikan bertulang sejati (Teleostei) yang mempunyai jari-jari sirip keras (Acanthopterygii). Berbentuk pipih, tipis dan transparan, tidak mengandung dentine atau enamel, serta pada bagian posterior terdapat semaam duri-duri kecil atau Ctenii. Pada bagian luar sisik terdapat tonjolan-tonjolan melingkar (circuli) dan garis memusat (Radius).
      3)      Sisik Cycloid
Sisik Cycloid terdapat pada ikan Teleostei yang memiliki jari-jari lunak pada siripnya (Malacopterygii). Betuk sisik ini lebih bulat dan tidak mengandung dentine atau enamel. Pada bagian luar sisik terdapat tonjolan-tonjolan melingkar (circuli) dan garis memusat (Radius). Pada ikan dari daerah subtropis, circuli dapat digunakan untuk menentukan umur ikan.
       4)      Sisik Cosmoid dan Ganoid
Sisik Cosmoid
Sisik Cosmoid terdapat pada ikan yang sudah menjadi fosil atau terdapat pada ikan primitif seperti ikan Latimeria dan sisik ini permukaan luar berlapis denticulate.
Sisik Ganoid
Sisik Ganoid terdapat pada ikan-ikan Acanthopterygii contohnya ikan Acipencer serta pada lapisan luar sisik dibentuk dari substansi garam anorganik yang keras (ganoine).






2. Fungsi kulit antara lain :

        •Sebagai pembalut tubuh
        •Alat pertahanan
        •Keseimbangan cairan
        •Warna
        •Pergerakan
        •Kelenjar kulit
        •Osmoregulasi
        •Organ indera kulit





      3.  Kelenjar Beracun
Kelenjar Beracun juga  terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea), dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari sistem integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.

4. Warna pada sistem integumen
        •Warna ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome putih terdapat pada rangka, gelembung renang sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi pada sisik, mata dan membran usus.
          Yang termasuk biochrome ialah :
          -Carotenoid; berwarna kuning, merah dan corak lainnya
          -Chromolipoid; berwarna kuning sampai coklat
          -Indigoid; berwarna biru, merah dan hijau
          -Melanin; kebanyakan berwarna hitam atau coklat
          -Porphyrin atau pigmen empedu; berwarna merah, kuning, hijau, biru dan coklat
          -Flavin; berwarna kuning tetapi sering dengan fluoresensi kehijau-hijauan
          -Purin; berwarna putih atau keperak-peraka
           -Pterin; berwarna putih, kuning, merah dan jingga  
  
         5. Organ cahaya pada sistem integumen
         - Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens. Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit.
         - Ikan-ikan yang dapat mengeluaran cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup diperairan dangkal. Sebagian dari padanya bergerak ke permukaan untuk ruaya makanan. Di laut dalam terletak antara 300 – 1000 meter dibawah permukaan laut.
          - Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya disebut sel cahaya atau photophore (photocyt). Ini biasanya terdapat pada golongan Elasmobranchii (Sphinax, Etmopterus, Bathobathis moresbyi) dan Teleostei (Stomiatidae, Hyctophiformes, Batrachoididae)

      Untuk download artikel dalam bentuk Ms.Word, KLIK DISINI

ICHTIOLOGY adalah ?


Halloo... Sobat GPS, senang sekali hari ini GPS bisa berbagi kembali. Kali ini GPS membahas mengenai mata kuliah Ichtiology yang GPS pelajari di Smester 2. Mata kuliah ini pada umumnya mempelajari tentang seluk beluk dari tubuh ikan, di mulai dari bagian yang paling inti sampai dengan bagian tubuh tambahan atau alat bantu. Naahh... biar Sobat GPS ga keburu sepet baca ini posting, langsung aja ke pembahasan seputar Ichtiology berikut ini.... Semoga bermanfaat... !!

check it out



ICHTIOLOGY
Ichtiology berasal dari bahasa yunani yaitu Ichthyes yang berarti Ikan dan Logos yang berarti Ilmu. Dengan demikian ikhtiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya. Ikan didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin (polikiloterm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan insang. Ikhtiologi terbagi atas dua yaitu ikhtiologi sistematika dan ikhtiologi fungsional. Ikhtiologi sistematika berbicara tentang morfologi ikan, sedangkan ikhtiologi fungsional lebih mengarah pada fungsi organ pada ikan. Pisces  atau ikan merupakan hewan yang termasuk pada Fhylum Chordata pada golonga Craniata & Vertebrata

Pisces/ikan itu sendiri dikelompokan menadi beberapa kelompok:
·          Agnatha yaitu cylostomata, tidak bergigi taring
1.       Kelas : Cephalaspidomorphi
Sub Kelas :
-          Myxinofomes
-          Peteromyzonformes
·         Gnathostomata yaitu bergigi taring
1.       Kelas : Chondricthyes (->chondrion)
Sub-kelas :
-          Holocephali (chimaeras)
-          Elasmobranchii (Hiu,Pari)
2.       Kelas : Osteichthyes (-> osteo)
Sub-kelas :
-          Dipnoi (lungfish)
-          Crossopterygii (lobefins)
-          Actinopterygii (rayfins)

Karakteristik ikan
Ichthyes = ikan
-          Hewan berdarah dingin
-          Bertulang belakang
-          Berinsang
-          Memiliki sirip
-          Tergantung pada air sebagai media hidup
Jumlah spesies yang tercatat sampai saat ini adalah 20.000 sp dari perkiraan 40.000 sp.
-          Aves                      : 8.600 sp
-          Reptil                    : 6.000 sp
-          Mamalia               : 4.500 sp
-          Amfibi                   : 2.500 sp

Ukuran dan bentuk tubuh dari ikan sangatlah bervariasi diantaranya yaitu terdaapat ikan yang memiliki TL (Total Length) atau panjang total 15mm, namun ada juga yang memiliki panjang total sampai dengan 21m. Sedangkan Beratnya 0,.. sampai 25 ton.
Bentuk tubuh itu sendiri diantaranya :
Seperti yang telah disampaikan sebelumnyabentuk tubuh torpedo, tertekan kesamping (compressed), tertekan kebawah (depressed), bersegi atau bersudut (Truncated), mengular atau seperti ular (attenuated), dan bentuk tubuh bermodifikasi.

Untuk mengenali jenis ikan, mengklsifikasikannya kita bisa menentukannya dengan melihat sifat morfometrik dan meristik dari ikan. Sifat Meristik dan sifat Morfometrik yang mencakup warna tubuh, sistem pertulangan, tingkah laku, jumlah kromosom dan lain sebagainya.

Sifat meristik
Sifat Meristik merupakan sifat yang dapat di hitung seperti jumlah jari-jari sirip (Sirip Dorsal, Pektoral, Ventral, Anal, Caudal), jumlah sisik berpori, sifat kulaitsatif seperti pewarnaan dan lain sebagainya.

Sifat Morfometrik
Sifat Morfometrik merupakan karakteristik morfologis yang dapat diukur atau perbandigan ukuran dari bagian tubuh, seperti SL, TL, FL, HdL, Bdepth, CpedDepth Dan Lain sebagainya.

Kriteria Sifat Meristik & Morfometrik















Sifat Meristik dari bentuk mulut















Menurut data para ilmuan, keberadaan ikan di bumi ini yaitu sejak 500 juta tahun yang lalu, sedangkan Vertebrata lain diperkirakan ada sejak 100 tahun yang lalu.

Habitat
Habita ikan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: Air tawar, Payau, dan Laut. Habitat ikan umumnya memiliki salinitas kisaran antara 0 sampai > 40 ppt dan bersuhu -40 sampai >400C.

10  SISTEM ORGAN TUBUH IKAN
 1. Sistem Integumen ≈ Kulit / penutup tubuh
- Struktur (epiermis dan corion);  Sisik ; Misai
- Pewarnaan ;  Organ cahaya ;  Organ beracun
 2. Sistem Rangka  :
- Rangka eksternal
- rangka membran
- rangka axial
- rangka appendicular
 3. Sistem Otot  :
- Otot rangka tubuh kepala dan sirip ;
- Otot jantung
- Otot halus
 4. Sistem Pencernaan :
- Saluran pencernaan
- Adaptasi srtuktural
- Dan  adaptasi fungsional saluran pencernaan
 5. Sistem  Peredaran
- Jantung dan saluran peredaran limpa,
- darah,  dan cairan tubuh, suhu tubuh
6. Sistem  Reproduksi  :
- Kelenjar reprodukdif – gonad
- Tipe reproduksi
- Diferensiasi kelamin
- kematangan gonad
 7. Sistem Osmoregulasi :
- Organ osmoregulasi
- Proses osmoregulasi
 8. Sistem Pernafasan :
- Struktur & fungsi insang
- gelembung udara; adaptasi pernafasan
 9. Sistem Ekskresi  :
- Organ ekskresi
- Kerja endokrin
10. Sistem Syaraf   : 
- Syaraf pusat (otak) à hypofisa
- Syaraf cranial & spinal
- Organ pendengar dan
- Kesetimbangan
- Kyaraf simpatetik dan
- Parasimpatetik

Fungsi Ikhtiologi dalam perikanan
Sistem Pencernaan
Dengan mengetahui bagaimana sisite pencernaan dari ikan melalui Ikhtiologi yaitu, Bentuk dan letak mulut, menentukan jenis dan ukuran pakan yag harus diberikan, mencari dan melihat populasi pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan tambahan, herbivora/omnivora/carnivora yang berpengaruh untuk Akuakultur.

Sistem Pernafasan
Dengan mengetahui organ pernfasan/modifikasi insang, kita akan mengetahui kebutuhan oxygen yang diperlukan oleh ikan sertan menentukan habitat yang cocook bagi ikan tersebut.

Sistem Reproduksi
Pola pembenihan, penanganan induk dan benih.

Morfologi Ikan
Dari bentuk tubuh kita bisa megetahui habitat ikan yang sesuai. Dari bentuk ikan yang stream line, compressed, depressed, dll, yang tentunya bermanfaat bagi budidaya pada perikanan. Kemudian alat tangkap yang harus digunakan untuk menangkap ikan yang diinginkan

Sistem Ekskresi & Osmoregulasi
Tingkat adaptasi ikan pada lingkungan penentuan salinitas habitat ikan. Kebiasaan ikan dalam mencarimakan atau bereproduksi seperti jenis ikan yang anadrom, katadrom, diadrom, yang berguna bagi budidaya khususnya ikan laut.



Untuk download artikel dalam bentuk Ms.Word, KLIK DISINI

Limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3)


Limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) 


Sobat GPS, seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu pulau yang tersebar, selain itu hamparan laut yang luas kaya akan biota yang ada , hidup, dan tumbuh di sana, aka penting bagi kita sebagai generasi muda untuk ikut serta dalam menjaga dan juga melesterikannya. Secara langsung ataupun tidak langsung kerusakan alam baik darat maupun perairan lambat laun akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia, dan itu dominan disebabkan oleh ulah dan tingkah dari manusia itu sendiri, maka diperlukan kesadaran dari setiap individu untuk bisa mengurangi kerusakan itu.
Hmmm... seperti contoh Berita GPS berikut ini yang membahas tentang pencemaran limbah B3 yaitu Bahan Beracun Berbahaya. Seperti apa limbah Bahan Beracun Berbahaya itu ?? Berikut sedikit penjelasan mengenai B3..
Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya)

Menurut PP No. 18 th 1999, Limbah B3 adalah:
"sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Itinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, makhluk hudup dan lingkunga, apapun jenis sisa bahannya."

Sedangkan menurut BAPEDAL (1995), definisi limbah B3 adalah:
"setiap bahan sisa (limbah) suatu proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicty, flammability, reactiviti, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia."

Untuk mengidentifikasi limbah B3, digolongkan menjadi 2(dua) kriteria, yaitu:
      1.      Berdasarkan Sumber
      2.      Berdasarkan Karakteristik
Penjelasannya:
    1.      Kriteria berdasarkan Sumber, di bagi menjadi 3(tiga), yaitu Limbah B3 dari sumber spesifik; limbah B3 dari sumber tidak spesifik; dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

      2.      Sedangkan kriteria berdasarkan Karakteristik, yaitu ditentukan dengan ketentuan:
Dari PP No. 18 tahun 1999, dimana pada awalnya hanya mencantumkan 6(enam) kriteria saja.
1)      Mudah meledak;
2)      Mudah terbakar;
3)      Bersifat reaktif;
4)      Beracun;
5)      Menyebabkan infeksi;
6)      Bersifat korosif.
Namun pada saat ini kriteria tersebut mengalami penambahan, yaitu:
1)      Mudah meledak;
2)      Pengoksidasi;
3)      Sangat mudah sekali menyala;
4)      Mudah menyala;
5)      Amat sangat beracun;
6)      Sangat beracun;
7)      Beracun;
8)      Berbahaya;
9)      Korosif;
10)  Bersifat iritasi;
11)  Berbahaya bagi lingkungan;
12)  Karsinogenik;
13)  Teratogenik;
14)  Mutagenik.

        Penambahan kriteria limbah B3 berdasarkan Karakteristik ini menunjukan bahwa sebenarnya pemerintah telah memberikan perhatian khusus terhadap pengelolaan lingkungan indonesia, namun masih kurangnya pengimplementasian dari peraturanlah yang masih sangat kurang di negara ini.

Nahh... itu sedikit ulasan mengenai limbah B3. Sekarang kita lihat berita tentang pencemaran perairan oleh limbah B3 berikut ini, langsung menuju ke- T....K....P.... !!

check it out


Ribuan Ton Limbah Berisiko

Ribuan ton limbah, di antaranya terkontaminasi bahan beracun dan berbahaya, mencemari daratan dan perairan Indonesia. Sebagian limbah diimpor dari sejumlah negara, yang berisiko bagi lingkungan dan kesehatan.

Di perairan utara Jakarta, misalnya, gumpalan minyak secara berkala mengapung di laut terbawa angin ke pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Tak hanya mengganggu pemandangan, limbah cucian lambung kapal tanker itu juga merusak lingkungan dan mengancam biota laut.

Hal yang sama ditemui di perairan sekitar Pulau Batam, Kepulauan Riau. Batam tergolong rentan dimasuki limbah karena posisinya yang terbuka dan berbatasan langsung dengan negara lain.

Salah satu kasus yang hingga kini belum tuntas adalah timbunan 3.800 ton ampas tembaga di samping Kantor Camat Sagulung, Batam, yang diimpor dari Korea Selatan tahun 2009. Dua warga negara Korsel dan satu warga negara Indonesia menjadi tersangka. Hingga kini, pihak perusahaan bersikukuh limbah itu adalah pasir besi, bahan pembersih karat kapal.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam Dendi Purnomo mengatakan, tumpukan limbah ditangani Kejaksaan Agung dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). ”Kami hanya menunggu,” katanya, akhir pekan lalu.

Pihak KLH sudah menyatakan, ampas tembaga itu terkontaminasi limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang harus direekspor. Material itu bukan pasir besi. ”Rembesannya berwarna biru kehijauan. Jelas limbah B3,” kata Deputi Pengelolaan B3, Limbah B3, dan Sampah KLH Masnellyarti Hilman, Senin (30/4), di Jakarta.

Hal itu senada dengan ungkapan warga di sekitar tempat penimbunan material itu.

Lapangan penimbunan limbah dipagari batako setinggi 2 meter.

Risiko kesehatan

Paparan limbah B3 berisiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Di lingkungan, kontaminasi merkuri, misalnya, bisa tertransportasi ke tubuh manusia secara langsung ataupun tidak. ”Jika akumulasi berlebih di tubuh manusia, saraf dan otak bisa terganggu,” kata Masnellyarti.

Akumulasi merkuri ke dalam tubuh manusia di antaranya melalui rantai makanan, seperti pada hewan-hewan laut.

Sementara kandungan timbal berlebih di alam akan mengganggu kualitas air dan udara. Kadar timbal berlebih dalam darah manusia di antaranya menyebabkan gangguan kecerdasan dan secara langsung memengaruhi tinggi badan seseorang.

Pada kasus impor limbah B3, limbah yang sering kali dijumpai adalah sirkuit elektronik, seperti PCB. Di lingkungan industri, PCB relatif mudah dijumpai teronggok di tanah. Secara langsung, pembakaran PCB bisa menghasilkan dioksin yang mengganggu pernapasan.

Secara perlahan, material dalam PCB yang terurai dan terakumulasi bisa bersifat karsinogen atau memicu kanker.

Menurut Masnellyarti, masih banyak jenis limbah beracun dan berbahaya yang harus dikelola secara benar. Persoalannya, karena dampaknya yang kadangkala perlahan-lahan, masyarakat tidak menyadari bahwa penyakit tertentu yang mereka alami terkait dengan keberadaan limbah di sekitar mereka.

Mempertimbangkan dampak serius limbah B3 di dunia, maka disepakati keberadaan Konvensi Basel. Konvensi tersebut merupakan perjanjian internasional yang mengatur perpindahan limbah B3 antarnegara.

Proses dan pelaksanaan reekspor limbah B3, seperti yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah saat ini, terikat dengan Konvensi Basel itu. Negara pengirim wajib memberitahukan isi dan jalur lewat kapal kepada negara-negara yang dilintasi.

Seruan Menperin

Di Jakarta, Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat menegaskan, pemeriksaan dan penahanan ribuan kontainer berisi besi bekas oleh KLH dan Kantor Bea dan Cukai hendaknya tak mengganggu proses produksi industri besi baja domestik. Salah satu caranya adalah memeriksa dengan cepat.

Ia menanggapi penahanan ribuan peti kemas rongsokan besi baja yang diduga mengandung B3 di pelabuhan besar di Tanah Air.

Beberapa kali, KLH serta Bea dan Cukai menegaskan bahwa mereka tak bermaksud memperlambat proses, apalagi mematikan industri baja Indonesia. ”Kami melepaskan ribuan kontainer yang terbukti bersih,” kata Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor Bea dan Cukai Tanjung Priok Agus Yulianto.

Menurut Hidayat, ketentuan impor limbah non-B3, termasuk scrap besi baja, diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39 Tahun 2009 yang mengikat tanggung jawab. Importir di dalam negeri wajib mengirim kembali dan eksportir bersedia menerima kembali apabila terjadi kesalahan. Pihak surveyor, dalam hal ini kerja sama operasional (KSO) PT Sucofindo, bertanggung jawab terhadap hasil verifikasi.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno yang juga Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia mengatakan, hingga kini belum ada kesepakatan tentang definisi produk terkontaminasi B3. Bukan sekadar zero tolerance yang dipegang KLH.

”Seharusnya ada kesepakatan Kemenperin dan KLH tentang apa itu deskripsi B3. Bagaimana aturan internasionalnya? Jadi, tidak sekadar berhenti pada perdebatan saja,” ujar Benny.

Di halaman Istana Negara, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, pemerintah berkomitmen mencegah masuknya limbah bahan beracun dan berbahaya ke Indonesia. Namun, perlu disadari tidak semua kontainer berisi besi bekas mengandung limbah berbahaya. 

Sumber: (Kompas, 1 Mei 2012/ humasristek)
 (GPS News)

FeedLangganan Artikel Terbaru BC via Email

» Cek Email Anda untuk konfirmasi berlangganan

Entri Populer