Definisi Orgaisme Interstitial
Interstitial adalah suatu istilah umum yang ditujukan pada organisme yang menempati
ruangan di antara butiran-butiran pasir. Psammon adalah sinonim untuk organisme
interstitial, mengenai semua yang hidup diantara butir-butiran pasir. Istilah mesopsammon membicarakan semua organisme
interstitial yang berhubungan dengan tepi pantai air tawar atau air panyau,
sedangkan thalassopsammon adalah
organisme yang berasosiasi dengan tepian laut dan daerah pasir.
Macam-macam Organisme Interstitial
Organisme
yang membentuk psammon macamnya sangat banyak dari fila invertebrata, sebagian
diwakili oleh satu atau sejumlah kecil spesies saja, sedangkan yang lain
melimpah baik dalam jumlah individu maupun spesies. Psammon meliputi berbagai
organisme seperti filum Protozoa yang
diwakili sejumlah besar spesies siliata, Filum Platyheminthes, Filum
Nemathelminthes, Filum Rotifera, dan filum Krustacea.
1.
Filum
Platyheminthes
Kelompok ini dikenal sebagai cacing pipih karena
bentuknya yang pipih atas bawah. Hewan ini tidak beruas, triploblastik,
simetris bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom
(coelom) dan biasanya hermaprodit. Umumnya mulutnya terletak dibagian bawah dan
ditengah tubuhnya. Kelas Turbellaria sering ditemukan pada daerah interstitial.
Dari kelas Turbellaria, ordo Acoela merupakan hewan
laut kecil yang dapat ditemukan diantara batu-batuan dan diantara ganggang
laut. Pada tubuh hewan ini tumbuh ganggang laut dan hewan ini memanfaatkan
makanan yang dihasilkan ganggang tersebut untuk makanannya. Simbiosis ini
begitu lengkap sehingga cacing Turbellaria kehilangan sistem pencernaannya.
2.
Filum
Nemathelminthes
Nemathelminthes merupakan cacing bulat tak beruas,
untuk membedakannya dari cacing pipih (Platyheminthes) dan cacing beruas
(Annelida) adalah cacing ini memiliki tubuh panjang dan ramping dengan
permukaan tubuh halus dan mengkilap. Salah satu atau kedua ujungnya meruncing,
alat kelamin terpisah dan dapat menghasilkan beribu-ribu butir telur. Filum ini
terbagi kedalam dua kelas, yakni Nematoda (mempunyai usus tetapi tidak
mempinyai belalai) dan Acanthocephala (tidak mempunyai usus tetapi mempunyai
belalai berduri). Nematoda merupakan cacing bulat yang paling banyak ditemukan
didaerah interstitial.
Nematoda ( Cacing Benang )
Di pantai terdapat cacing benang yang hidup bebas
tetapi begitu tak nyata sehingga lewat dari pengamatan kita. Nematoda hidup
bebas sebagai pembangkai (scavenger), hidup dari partikel-partikel zat organic
renik yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan yang membusuk, yang disedot
dengan kerongkongan berotot.
Cacing benang memiliki tubuh silendrik tak beruas
dan ujung-ujungnya meruncing. Tubuhnya dilapisi oleh kutikel ulet dan biasanya
ditanggalkan empat kali selama hidupnya. Mulutnya terletak diujung depan dan
anus didekat ujung belakang. Mereka bergerak dengan gerakan tubuh yang
mengombak.
3.
Filum
Rotifera
Filum rotifera atau Rotatoria merupakan Metazoa yang
sangat kecil. Rotifera pernah dianggap sebagai Infusoria. Rotifera merupakan
filum menarik karena bentuk tubuhnya sangat menyerupai larva trokofor. Larva
trokofor adalah salah satu fase dari daur hidup molussca dan Annelida. Kepala
rotifera mempunyai banyak bulu getar yang membantu untuk bergerak dan menarik
makanan ke dalam mulutnya. Ekor atau kakinya bercabang dan menempel pada benda
dengan cara mengeluarkan sekresi dari kelenjar semen. Tubuhnya biasanya
berbentuk silendrik dan ditutupi oleh kutikel serupa cangkang, kelamin rotifera
terpisah. Rotifera sebagai mesopsammon
sedangkan Gastrotricha sebagai thalassopsammon.
4.
Filum
Krustacea
Krustacea pada dasarnya diwakili oleh kopepoda
(hewan kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang) dan ostrakoda yang
berlimpah dan beberapa kelompok kecil lainnya misalnya Mystacocarida.
Ostracoda
Badannya terbungkus dalam cangkang tipis
menyerupai cangkang kerang. Jantungnya dapat dilihat berdenyut dibawah cangkang
yang setengah tembus pandang. Kelompok ini memiliki mata yang majemuk atau
tidak. Jika ada mata letaknya lebih di samping dari pada dibagian ujung depan.
Mempunyai antena yang berkembang baik, ada dua atau satu embelan dada yang
tidak pipih, ada palpus mandibel yang biasanya bercabang dua.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organisme Interstitial
Kondisi yang mempengaruhi fauna interstitial agak
berbeda dengan kondisi yang mempengaruhi makrofauna di daerah yang sama.
Mungkin faktor paling penting yang menentukan keberadaan, ketiadaan, dan tipe
organismee interstitial adalah ukuran butiran. Ukuran butiran sangat penting
dalam menentukan besarnya ruangan interstitial yang tersedia untuk tempat
tinggal. Makin besar ukuran butiran, makin besar volume ruangan interstitial
dan oleh sebab itu makin besar pula organisme intersttital yang dapat mendiami
tempat tersebut. Sebaliknya maikn kecil ukuran butiran, makin kecil pula
ruangan yang tersedia dan dengan demikian makin kecil pula organisme yang dapat
mendiami tempat tersebut. Oleh karena itu ukuran butiran bertindak sebagai
suatu pembatas yang jelas terhadap penyebaran organisme psammon. Organisme
psammon memperlihatkan suatu zonasi yang jelas berdasarkan ukuran butiran.
Ukuran butiran juga sangat penting karena menentukan
kemampuan suatu tepian dalam penahanan dan sirkulasi air. Organisme
interstitial adalah organisme akuatik dan oleh karena itu membutuhkan kehadiran
air di ruang antar butiran pasir untuk dapat hidup. Apabila butiran terlalu
kasar, daya kapiler pasir tak dapat menahan air sehingga air akan mengalir ke
luar, dan hanya meninggalkan sesuatu lapisan tipis yang menyelimuti butiran.
Sebaliknya, pantai yang berbutiran halus mampu menahan cukup banyak air di
ruangan antarbutiran dengan daya kapiler.
Sirkulasi
air melalui pori-pori di dalam pasir penting karena gerakan air ini memperbarui
pergerakan oksigen. Sirkulasi yang paling baik terdapat pada pantai yang
butiran pasirnya kasar dan berkurang pada pantai yang butiran pasirnya halus.
Apabila ukuran butiran pasirnya sangat
halus, misalnya pada pantai berlumpur, sirkulasi sama sekali terhenti,
dan akibatnya terbentuk lapisan anaerobic pada sedimen.
Selain
ukuran butiran, kondisi mineral butiran juga penting artinya bagi penentuan
komposisi psammon. Asosiasi organisme yang terdapat di pasir silica akan
berbeda dengan yang terdapat di pasir karbonat.
Selain faktor diatas, beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap Organisme Intrestitial adalah sebagai berikut:
1. Oksigen
Semua sedimen laut
mempunyai suatu lapisan yang mendapatkan oksigen dipermukaannya, sedangkan
dibawahnya terdapat lapisan yang anoksik. Oleh karena itu, organisme interstitial
yang hidup di bawah kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi bebas oksigen.
Ketebalan lapisan yang mendapatkan oksigen bergantung pada beberapa factor
umpamanya ukuran butiran, jumlah bahan organic, dan turbulensi air.
2. Suhu
Kisaran suhu paling
extreme terjadi dipantai intertidal dan dilapisan pantai paling atas. Kisaran
suhu minimum terjadi di pasir subtidal dan di pasir intertidal pada kedalaman
di bawah 10-15 cm. Lapisan pasir permukaan suatu pantai bertindak sebagai
insulator bagi lapisan-lapisan bawah, yang dengan efektif meredam setiap
perubahan suhu yang mencolok, perubahan suhu bergantung pada suhu udara,
pengaruh angin dan hujan, jumlah cahaya matahari yang menerpa permukaan, dan
suhu air laut. Fauna yang mendiami daerah lapisan pantai paling atas, akan
berbeda dengan fauna yang terdapat dilapisan bawah, fauna yang hidup di daerah
extreme mempunyai kemampuan toleransi cukup besar terhadap perubahan suhu.
3. Salinitas
Penurunan salinitas
mungkin terjadi dipantai intertidal karena limpahan air tawar ke pantai pada
saat pasang surut atau karena turunnya hujan lebat. Perbahan salinitas biasanya
terbatas pada lapisan atas pantai, karena lapisan bawah melalui daya kapiler
mampu mempertahankan tingkat air asin yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan
air tawar lebih ringan dari pada air asin, sehingga air tawar tak dapat
menembus ke bawah titik dimana air laut ditahan oleh kapiler.
4. Kekuatan
Ombak
Kekuatan ombak bekerja baik pada daerah
interstitial maupun daerah subtidal, tetapi paling mencolok pada daerah
intertidal. Ombak yang memecah dan ombak yang bergerak mengakibatkan pasir pada
lapisan paling atas tersuspensi kembali dan secara musiman menyebabkan
pindahnya atau mengendapnya kembali sejumlah besar pasir dengan sempurna. Oleh
karena itu, apabila pantai teraduk, keseluruhan rangkaian ruangan dalam diatur
kembali dan dengan sendirinya organisme berpindah. Hal tersebut merupakan suatu
peristiwa yang mempunyai dampak sangat besar terhadap organisme yang tempat
tinggalnya bergantung pada ruangan antarbutiran.
Adaptasi Organisme Interstitial
Banyak faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup Organisme Interstitial ini. Untuk mempertahankan hidupnya maka organisme Interstitial akan melakukan suatu penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya (Adaptasi).
Kebanyakan adaptasi morfologik yang diamati pada
fauna interstitial tampaknya berhubungan erat dengan beberpa aspek lingkungan,
yang dapat ditinjau di sini. Lingkungan merupakan sesuatu yang dinamis dan
tiap-tiap butiran pasir di lapisan atas secara tidak henti-hentinya tersuspensi
dan terendapkan, dengan demikian baik letaknya maupun besarnya ruangan
interstitial selalu berubah. Agar dapat hidup di sini, organism psammon harus
tetap berada di ruangan pasir dan harus berusaha untuk tidak tergencet oleh
partikel pasir yang bergerak dan tidak terlempar ke dalam bentuk plankton yang
tak memungkinkannya hidup.
Mungkin adaptasi yang sangat nyata terhadap
lingkungan ini adalah ukuran. Semua organism interstitial sangat kecil. Lebih
lanjut, dalam fauna ini dijumpai wakil yang paling kecil dari hampir semua fila
yang besar. Sebagai contoh moluska, echinodermata, dan cacing annelid biasanya
berupa binatang yang cukup besar. Leptosynapta
minuta berukuran 2 mm, Caecum glabrum
berukuran 2 mm, Diurodrilus minimus berukuran
350 µm, dan Psammohydra nanna hanya 1
mm. Tetapi protozoa ciliata, pada umumnya berukuran lebih besar daripada
siliata yang hidup di lingkungan lain. Tetapi ciliate yang lebih besar ini
menjadi lebih pipih dan lebih memanjang sehingga lebih memungkinkan baginya
untuk hidup di ruangan antarbutiran yang senpit. Dalam hal ini, ukuran lebih
besar berarti harus lebih panjang.
Adaptasi lain diperlihatkan pada bentuk tubuh.
Kebanyakan organism interstitial bertubuh memanjang atau seperti cacing,
walaupun dalam keadaan normal tidak berbentuk cacing. Bentuk tubuh lainnya
diperlihatkan oleh organisme yang sangat pipih. Organism pipih sesuai untuk
masuk ke ruangan sempit, dan luas permukaannya makin besar untuk melekatkan
diri pada butiran pasir. Adaptasi yang terakhir ini penting artinya dalam
mempertahankan hidup karena hal itu memungkinkan organism tetap berada di
butiran pasir pada saat resuspensi.
Orang mengira bahwa organism yang hidup di
lingkungan yang sibstratnya sering mengalami reorganisasi akan menghadapi
kemungkinan terbentur pada saat butiran pasir saling bertumbukan. Sebagai
respons terhadap hal itu, banyak binatang psammon mengembangkan berbagai tipe
alat untuk memperkuat dinding tubuh. Kerangka spikula dijumpai pada ciliate
misalnya Remanella, cacing pipih
turbelaria Acanthomacrostomum
spiculiferum ,serta Rhodope dan
Hedylopsis. Gastrotricha di pihal lain, mempunyai perisai dan sisik,
sedangkan nematode mengandalkan kutikula yang tebal dan berat. Binatang yang
lembut dan tidak memiliki perisai pelindung rupanya mengembangkan kemampuan
deapat cepat memperp[anjang atau memperpendek tubuh, dan memungkinkannya
menghindari himpitan.
Dua tipe adaptasi terakhir yang berupa respons
terhadap kebutuhan organism interstitial untuk bertahan hidup di dalam pasir
dan tidak terlempar ke luar pada waktu peristiwa resuspensi perlu diperhatikan.
Banyak species dari berbagai fila umpamanya caing pipih dan gastrotricha,
mempunyai alat pelekat untuk menempelkannya pada butiran pasir. Crustacean dan
tardigrada sanggup berbuat yang serupa dengan menggunakan pengait atau cakar
pada anggota badannya. Stratokis (alat
keseimbangan), untuk mendeteksi gravitasi dan dengan demikian dapat membedakan
atas dan bawah. Alat indra serupa ini membuat organism mampu memutuskan dengan
cepat harus bergerak kea rah mana pada saat resuspensi dan oleh karena itu
organism tersebut akan kembali ke apsir, bukan ke atas, ke dunia air terbuka.