Sebelum melakukan praktikum hal yang paling utama yang harus dipahami oleh praktikan adalah mengetahui terlebih dahulu nama-nama alat, fungsi, dan cara penggunaan alat-alat yang akan kita gunakan, agar praktikum yang akan dilakukan berjalan dengan baik (Setiawati, 2002). Dalam melaksanakan praktikum, seperti biasa para praktikan akan melakukan perhitungan dan pengukuran. Dalam hal ini, maka penggunaan dan ketelitian praktikan dalam menggunakan alat adalah hal yang penting, dimana hal tersebut dapat menentukan hasil akhir dari praktikum. Untuk dapat meningkatkan ketelitian praktikan adalah dengan memperhatikan dan memahami alat yang akan digunakan. Salah satu contohnya adalah alat-alat yang memiliki skala, dimana skala-skala yang dimiliki masing-masing alat tentunya akan berbeda, dan tentu saja juga memiliki tingkat ketelitian yang berbeda pula. Semakin kecil skala alat tersebut maka akan semakin besar tingkat ketelitiaannya. Hal kedua yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara kita membaca skala itu sendiri. (Koesmadji. 2008)
Dengan demikian pengenalan alat sangatlah penting dan utama disampaikan pada awal praktikum, selanjutnya praktikan harus tahu terlebih dahulu nama, fungsi dan prosedur penggunaan atau prinsip kerja dari alat-alat yang ada dilaboratorium agar diharapkan para praktikan dapat menggunakan alat sesuai dengan fungsinya dan sesuai dengan petunjuk agar memperoleh hasil praktikum yang baik, cepat dan efisien. Pekerjaan dalam laboratorium sering menggunakan alat-alat, contoh alat-alat tersebut antara lain: gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, pipet mikro, pipet makro, tabung reaksi, labu ukur, oven, erlenmeyer, ball pipet, dan lain-lain. Kesalahan dalam penggunaan alat dapat mempengaruhi hasil dari praktikum. Sering kali di dalam laboratorium terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan di karenakan para praktikan tidak mengetahui cara dan fungsi dari alat-alat laboratorium. Apabila terjadi kesalahan dalam menggunakan alat-alat tersebut, maka akan mengakibatkan halyang fatal. Selain terganggunya praktikum, harga dari alat-alat tersebut juga relatif mahal. Oleh karena itu para praktikan dituntut agar serius dalam praktik agar tidak terjadi kerusakan alat. (Achmad, 2008). Pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak dikuasai oleh praktikan sebelum melakukan praktikum dilaboratorium kimia. Bukan hal yang mustahil apabila terjadi kecelakaan dalam laboratorium karena kesalahan dalam pemakaian atau penggunaan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan suatu praktikum yang berhubungan dengan bahan kimia yang berbahaya. Disamping itu, pemilihan jenis alat yang akan digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Agar penelitian berjalan lancar.(Khasani, 2009) Download artikel ini disini
Isinya tentang upwelling di laut selatan cina, hasil terjemahan jurnal yang dilanjutkan dengan pembahasan pembuktian dengan menggunakan ODV atau Osean Data View. Apa itu ODV ada penjelasannya di posting sebelumnya.., Cek.. Lihat.. Baca.. Semoga bermanfaat untuk sobat GPS.. Download Artikel
Persepsi mengenai Manager dan Pemimpin sering kali di artikan sama, bahwa manager adalah pemimpin. Persepsi itu memang tidak salah hanya saja kurang tepat. Dari kuliah mengenai Dasar-dasar Manajemen GPS mendapat informasi tentang perbedaan dari Manajer dan Pemimpin. Berikut perbedaannya :
Karakteristik Manajer dan Pemimpin
Fred Luthan
(1998 : 269)
Manager
Characteristics
Administer
A Copy
Maintain
Focused on System and structure
Relies on Control
Short range view
Ask how and when eye on bottom
line
Imitates
Accepts the status quo
Classic good soldier
Does Thing Right
Leader
Characteristic
Innovates
An Original
Develops
Focused on people
Inspires Trust
Long Run Perspecties
Ask What and why Eye on the
horizon
Origirates
Challenges the ststus Quo
Own person
Does the right they
Untuk penjelasannya langsung aja di translate. sekarang kita langsung ke pembahasan mengenai Kepemimpinan.
Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut A
Robert Baron (2003 : 471), adalah
“Leadership is the process whereby one individual influences other group
members toward the attainment of defined group or organizational goals.”
Jadi kepemimpinanadalahprosesdimanaseorangindividumempengaruhianggotakelompok lain mengenai pencapaiantujuan yang telahditetapkankelompokatauorganisasi.
Teori-teori tentang Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan Orang Hebat (The Great Person Theory)
Teorioranghebat(The Great Person Theory) menurut A. Robert Baron
(2003 : 473) adalah”The View that leader prosess
special traits that set them apart from other and that these traits are
responsible for their assuming positions of power and authority.”Teorioranghebatadalahsuatupandangandimanapemimpinmemilikisifatkhusus/istimewa yang membedakannyadari yang lain dandimanasifat-sifatinilah yang akanmembawanyauntukmendudukiposisidankekuasaan
Karakteristik Pemimpin Hebat
A Robert Baron (2003 : 472)
SifatatauKarakteristik
Penjelasan
Dorongan
Hasratataukeinginanuntukmencapaisesuatu, ambisi, energi yang tinggi, kegigihandaninisiatif
Kejujuran
dan Integritas
Dapat dipercaya,
dapat diandalkan dan terbuka
Motivasi
Kepemimpinan
Keinginan atau
hasrat untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.
Kepercayaan
Diri
Percayaakankemampuansendiri
Kemampuan
Kognitif
Kepandaian,
kemampuan mengintegrasikan dan menginterpretasikan sejumlah besar informasi
Pengetahuan
akan Bisnis
Pengetahuan
tentang industri dan masalah teknis yang relevan
Kreativitas
Kemampuan untuk
ide-ide orisinil
Fleksibilitas
Kemampuan
beradaptasi dengan kebutuhan pengikut dan situasinya
Menurut Fred Luthan (1998 : 273), terdapat 4
teori tentang kepemimpinan yaitu :
1. Trait
Theories of Leadership
2. Group
and exchange theories of leadership
3. Contingency
theory of leadership
4. Pats-Goal
leadership Theory
Penjelasan:
1.Trait Theories of Leadership
Teoriinidiawalidaripendapatbahwakepemimpinanmerupakansuatu yang dibawasejaklahir, dankepemimpinantidakdapatdiciptakan.
2. Group and exchange theories of leadership
Teori kepemimpinan kelompok mendasarkan pada pendekatan psikologi sosial. Selain itu teori pertukaran klasik (Classic Exchange theory) merupakan pendekatan yang penting untuk teori ini. Dalam hal ini terdapat pertukaran positif antara leader dan follower. Pendapat Chester Barnad yang dikutip Fred Luthan (1998 : 275) menyatakan bahwa :”Exchange theories propose that group member make contribution at cost to themselves and receive benefit at a cost to the group or other member. Interaction continues because member find the social exchange mutually rewarding.”
a. Follower’s Impact on leader. Beberapa penelitian penting menunjukkan bahwa follower/suberordinate dapat mempengaruhi leader.
b. The Vertical Dyad Linkage Model
Model vertical Dyad linkage model disebut juga Leader Member Exchange (LMX). Teori ini menyatakan bahwa pemimpin memperlakukan bawahan secara berbeda. Pimpinan dan bawahan mengembangkan hubungan 2 belah pihak yang mempengaruhi perilaku masing-masing. Selain itu pimpinan akan berkembang dalam sebuah kelompok subordinat Pemimpin dalam sebuah group lebih sulit memperoleh kesepakatan dan membawa pemimpin menjadi pihak yang lebih bertanggung jawab terhadap keperluan anggota.
3. Contingency theory of leadership
Fiedler Contingency Model Of Leadership EfektivenessModel ini membahas`mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang terjadi. Situasi-situasi yang digambarkan oleh Fiedler meliputi tiga dimensi yaitu :
Hubungan pimpinan anggota merupakan variabel pertama yang sangat penting dalam menentukan situasi.
Tingkat struktur tugas merupakan faktor kedua dalam menentukan situasi.
Posisi kekuatan pemimpin
Situasi akan menguntungkan bagi pimpinan apabila pengaruh ketiga dimensi tersebut tinggi. Dalam hal ini kondisi menguntungkan apabila :
Pimpinan dapat diterima oleh follower
Tugas terstruktur dan jelas
Kesepakatan dan kekuatan pihak otoritas secara formal dimiliki oleh leader.
4. Pats-Goal leadership Theory
Dalam hal ini terdapat 4 gaya kepemimpinan berdasarkan versi House of the theory incorporates yang dikutip Fred Luthan (1998 : 280), yaitu :
Directive Leadership : Gaya ini sama dengan teori otoritas kepemimpinan Lippitt and white. Bawahan mengetahui dengan tepat segala sesuatu yang diharapkan pimpinan, dan pimpinan memberikan petunjuk-petunjuk khusus. Pada gaya kepemimpinan seperti ini bawahan tidak memiliki partisipasi.
Supportive Leadership. Pimpinan ramah, dekat dengan bawahan dan memberikan banyak perhatian pada bawahan.
Participative Leadership : Pimpinan menanyakan dan meminta saran dari bawahan, namun pengambilan keputusan adalah wewenang pimpinan.
Achievement – Oriented Leadership : pimpinan menyusun tujuan untuk bawahan dan memperlihatkan keprcayaan diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tersebut dan berkinerja baik.
Teorikepemimpinan lain yaitukepemimpinan Charismatic, Transformatial social learning, teorisubstitusi.
1. Charismatic Leadership Theories
Kepemimpinan kharismatik ini telah berjalan sejak jaman Yunani kuno. Analisis charismatic leadership ini selanjutnya dijelaskan oleh Robert House dalam Fred Luthan (1998 : 283) bahwa ciri-ciri dari kepemimpinan karismatik adalah :
Memiliki kepercayaan diri dan kepercayaan terhadap pengikut
Merupakan harapan tinggi bagi pengikut
Memiliki visi ideologis
Pengikut memiliki kesamaan visi dan misi dengan pimpinan
Pengikut memiliki loyalitas yang ekstrim dan percaya pada pimpinan
Pengikut berlomba-lomba mengikuti sistem nilai dan perilaku pemimpin
Berhubungan dengan pemimpin merupakan penghargaan diri
Pemimpin karismatik memiliki kemampuan debat dan persuatif yang hebat, sikap, perilaku yang mampu mempengaruhi pengikutnya.
2. Transformational
Leadership Theory
Transactional leadership merupakan kepemimpin yang menggeser/memindahkan hal-hal yang buruk kearah kinerja organisasi yang superior, melalui pembaharuan dan perbaikan. Proses transformasi ini dapat dilakukan melalui proses rekrutment, seleksi, promosi, pelatihan, dan pengembangan, jaminan kesehatan, dan efektivitas kinerja organisasi. Berdasarkan penelitian Bass, pemimpin transformasional yang efektif memiliki karakteristik :
Pemimpin mengidentifikasi diri seabagai agen perubahan.
Pemimpin adalah orang yang dapat memberi semangat.
Pemimpin adalah orang yang percaya terhadap orang lain
Pemimpin adalah penggerak sistem nilai
Pemimpin adalah pembelajar sepanjang hayat
Memiliki kemampuan menyesuaikan dengan kompleksitas, ambiguitas, dan ketidak pastian
Memiliki visi
3. Transactional Leadership Theory
Kepemimpinan transaksional
melibatkan pertukaran hubungan antara pimpinan dan pengikut.
4. Sosial Learner
Approach (PendekatanPembelajaranSosial)
Teorikepemimpinandenganpendekatanpembelajaran social inimemberikan model berkelanjutandaninteraksiresiprokalantarapemimpin (termasukkemampuankognitifnya), lingkungan (termasukbawahan/ pengikutdengan variable makrolainnya) danperilakunya.
Untuk Download Artikel dalam bentuk Ms. Word Klik disini
Wujud kebudayaan dibagi
menjadi tiga kategori, diantaranya:
1.Berwujud gagasan (Wujud Ideal)
2.Berwujud Artefak (Karya)
3.Berwujud Aktivitas
Penjelasan:
1.Gagasan, yaitu kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya,
yang bersifat abstrak. Hubungannya
dengan wujud berikutnya yaitu, jika gagasan itu dituangkan dalam suatu karya
tulisan ataupun benda-benda, maka wujug gagasan ini akan menjadi wujud
kebudayaan Artefak.
2.Artefak, yaitu wujud kebudayaan fisik
yang berasal dari hasil aktifitas,
perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat berupa benda atau hal-hal lain
yang bersifat fisik, dapat deiraba ataupun dilihat.
3.Aktivitas, adalah suatu kebudayaan yang
berwujud tindakan berpola dari manusia dalam suatu masyarakat, dimana wujud
kebudayaan ini juga sering disebut sistem sosial. Sistem sosial in terdiri dari
aktivitas
Navigasi adalah ilmu pengetahuan dalam menentukan posisi kapal di
laut dengan mengemudikan (steering) kapal secara aman dari suatu tempat ke
tempat lain.
Fungsi Navigasi
Fungsi Secara Umum:
1.Ditujukan
untuk mencari posisi dan menentukan arah (darat-laut-udara)
2.Merupakan
hal yang sangat penting dalam transportasi
3.Diperlukan
untuk keselamatan dan efisisiensi waktu perjalanan.
Fungsi Bagi Perikanan
1.Ditijukan
untuk efisiensi penangkapan ikan dan keselamatan pelayaran
2.Menentukan
posisi penangkapan ikan
3.Umumnya
digunakan pada wahana laut
Perbedaan Navigasi Nalayan
Tradisional dan Nelayan Modern
1.Nelayan
Tradisional
Pengetahuan
navigasi didapat dari pengalaman dalam melakukan penangkapan dan dalam
menentukan posisi kapal dengan menggunaakan benda-benda langit seperti
matahari, bulan dan bintang.
2.Nelayan
Modern
Penangkapan ikan
telah dibantu dengangan alat-alat navigasi yang modern berbasis elektronik dan
satelit. Contoh alat navigasi:
Acropora
adalah genus karang scleractinian di Cnidaria Filum. Beberapa spesies yang
dikenal sebagai meja karang, karang dan bercabang Elkhorn karang. Saat ini ada
149 spesies dijelaskan . Acropora salah satu bangunan utama terumbu karang,
bertanggung jawab untuk membangun kalsium karbonat substruktur besar mendukung
kulit hidup tipis karang.
Tergantung
pada spesies dan lokasi, dapat tumbuh sebagai Acropora piring atau langsing
atau cabang yang luas. Seperti karang lainnya, karang Acropora koloni individu
yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan jaringan berbagi dan jaring
saraf. Polip dapat menarik kembali ke karang sebagai respon terhadap gerakan
atau gangguan oleh predator mungkin, tapi ketika mereka terganggu sedikit
menonjol. Polip biasanya memperpanjang lebih lanjut di malam hari untuk
membantu menangkap plankton dan bahan organik terlarut dari air. Acropora
paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan moderat
dengan gerakan air yang tinggi. Banyak ikan karang kecil yang tinggal di dekat
koloni Acropora dan mundur ke semak cabang jika terancam.
Karang ini
memiliki zooxanthellae, simbiosis alga yang hidup dalam sel karang dan
menghasilkan energi untuk hewan melalui fotosintesis. Perusakan lingkungan
telah menyebabkan berkurangnya populasi Acropora, bersama dengan jenis karang
lainnya. Acropora terutama rentan terhadap pemutihan ketika stres. Pemutihan
ini disebabkan hilangnya zooxanthellae karang, yang merupakan warna cokelat
keemasan. Karang dikelantang putih mencolok dan bisa mati jika zooxanthellae
baru tidak dapat berasimilasi. Penyebab umum pemutihan dan kematian karang
termasuk polusi, suhu air normal hangat, pengasaman laut meningkat,
sedimentasi, dan eutrofikasi.
Acropora
Kebanyakan coklat atau hijau tetapi beberapa berwarna cerah dan mereka karang
langka dihargai oleh aquarists. Propagasi Captive Acropora tersebar luas dalam
komunitas karang-menjaga. Mengingat kondisi yang tepat, banyak Acropora spesies
tumbuh dengan cepat dan koloni individu dapat melebihi 1 meter di seberang di
alam liar. Dalam akuarium terumbu terawat dengan baik, jari-ukuran fragmen
dapat tumbuh menjadi basket berukuran koloni dalam 1 sampai 2 tahun. Spesimen
penangkaran yang terus mengalami perubahan akibat seleksi yang memungkinkan
mereka untuk berkembang di akuarium rumah. Dalam beberapa kasus, fragmen spesimen
penangkaran digunakan untuk terisi kembali terumbu tandus di alam liar. Spesies
Acropora menantang untuk simpan di akuarium rumah. Mereka membutuhkan cahaya
terang, suhu stabil, dan air bergolak. Menyediakan elemen-elemen ini dapat
terlalu mahal untuk hobi rata-rata.
English et al., (1994)
menggolongkan bentuk pertumbuhan Acropora sebagai berikut:
Klasifikasi
Acropora cervicornis
Family :
Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun
dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat
dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang
jernih.
Acropora elegantula
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elegantula
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan
menyebar. Aksial koralitnya jelas.
Warna : Abu-abu dengan warna ujungnya muda.
Kemiripan : A. aculeus, dan A. elseyi.
Distribusi : Perairan Indonesia, Srilanka.
Habitat : Fringing reefs yang dangkal
Acropora acuminata
Family
: Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2
ukuran.
Warna : Biru muda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan
Philipina.
Habitat : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
Beberapa contoh Acropora
yang lain:
1. Acropora branching (ACB),
bentuk bercabang seperti ranting pohon.
4. Acropora submassive (ACS),
percabangan bentuk gada/lempeng kokoh, contoh genus Isopora.
Contoh : Acropora palifera
5. Acropora digitate (ACD),
bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.
Contoh : Acropora gemmifera, Acropora
humilis.
Anatomi Karang
Karang atau disebut polip memiliki
bagian-bagian tubuh terdiri dari :
1.Mulutdikelilingi oleh
tentakelyang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta
sebagai alat pertahanan diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga
merupakan saluran pencernaan
(gastrovascular).
3.Dua lapisan tubuh yaitu ektodermisdan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermiskarena
berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringanpengikat
tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen,
danmukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan
menghasilkan material gunamembentuk rangka luar karang. Material tersebut
berupa kalsium karbonat (kapur).Bertempat di gastrodermis, hidup
zooxanthellaeyaitu alga uniseluler dari kelompokDinoflagelata,
dengan warna coklat atau coklat kekuning-kuningan.
Reproduksi dan Pertumbuhan Karang
Reproduksi
Reproduksi Aseksual
Dalam
membahas reproduksi aseksual, perlu dipisahkan antara pertumbuhan
koloni dengan pembentukan koloni
baru
Pertunasan
Terdiri dari:
Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip; jadi polip baru tumbuh dari
polip lama
Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh di antara polip-polip lain
Jika polip
dan jaringan baru tetap melekat pada koloni induk, ini disebut pertambahan
ukuran koloni. Jika polip atau tunas lepas dari koloni induk dan membentuk
koloni baru, ini baru disebut reproduksi aseksual.
Reproduksi Seksual
Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari
oleh penghasilgamet dan fertilisasi. Keragaman itu meliputi:
A.
Berdasar individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat:
1. Gonokoris
Dalam satu jenis (spesies), telur
dan sperma dihasilkan oleh individu yang berbeda. Jadi ada karang jantan dan
karang betina. Contoh: dijumpai pada genus Porites dan Galaxea
2. Hermafrodit
Bila
telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip. Karang yang hermafrodit juga
kerap
Pertumbuhan
Penempelan (recruitment/settlement)
Larva planula akan dapat melanjutkan ke tahap penempelan pada dasar
perairan bila kondisi. Substrat mendukung seperti:
Kurva disosiasi oksihemoglobin terdiri dari dua bagian kurva, yaitu bagian curam (PO2 0-60 mmHg) dan bagian
mendatar (PO2 >60 mmHg). Perbedaan dua bagian ini adalah pada
bagian kurva curam perubahan kecil
pada PO2 menghasilkan perubahan besar pada saturasi oksigen.
Sebaliknya, pada bagian kurva yang mendatar, perubahan besar pada PO2 hanya
menghasilkan perubahan kecil pada SaO2.
Kurva disosiasi oksihemoglobin juga dibagi menjadi bagian asosiasi dan bagian disosiasi. Penggabungan
oksigen dan hemoglobin terjadi di paru dimana PO2 meningkat dari 40
mmHg pada pembuluh darah vena menjadi 100 mmHg. Oleh karena akhir dari proses
ini adalah masuknya oksigen ke dalam darah yang terjadi pada fase kurva yang
mendatar, maka bagian ini sering disebut juga bagian asosiasi. Sebaliknya,
bagian curam kurva ini sering disebut juga bagian disosiasi, karena merupakan
kurva bagian akhir pelepasan oksigen yang terjadi ketika PO2 turun
dari 100 mmHg menjadi 40 mmHg pada kapiler sistemik. (Malley,
1990)
Efektifitas ikatan hemoglobin dan oksigen dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor ini juga yang kemudian mengubah kurva disosiasi.
Pergeseran kurva ke kanan disebabkan oleh peningkatan suhu, peningkatan 2,3-DPG,
peningkatan PCO2, atau penurunan pH. Untuk kondisi sebaliknya, kurva
bergeser ke kiri. Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan penurunan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga hemoglobin sulit berikatan dengan oksigen
(memerlukan tekanan parsial yang tinggi bagi hemoglobin untuk mengikat
oksigen). (Nielufar, 2000)
Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak
memberikan manfaat bagi pasien karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih
mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah tersaturasi 97 % dengan afinitas yang
normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang cukup bermakna dengan
adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatan afinitas Hb-O ini dapat
mengganggu pelepasan oksigen ke dalam jaringan dan pada umumnya menimbulkan
dampak yang merugikan. (Malley, 1990)
Di sisi lain, penurunan afinitas Hb-O dan pergeseran
kurva ke kanan, biasanya meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan dan sering
merupakan mekanisme kompensasi yang berharga. Pergeseran kurva ke kanan
menyebabkan seseorang dengan PO2 90 mmHg mampu meningkatkan
pelepasan oksigen hingga 60 %. Namun, pergeseran ini akan memiliki dampak yang
merugikan ketika seseorang memiliki PO2 kurang dari 60 mmHg. Ketika
terjadi hipoksemia, pergeseran kurva ke kanan dapat menurunkan masuknya oksigen
ke dalam darah dengan cukup bermakna. Kerugian ini sepertinya lebih berat
daripada manfaatnya. (Malley, 1990)
DPG normal dalam darah mempertahankan
kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sedikit bergeser ke kanan setiap saat.
Tetapi, pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa jam, jumlah
DPG akan meningkat, dengan demikian, menggeser kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin lebih ke kanan. Ini menyebabkan oksigen dilepaskan ke
jaringan pada tekanan oksigen 10 mmHg lebih besar daripada keadaan tanpa
peningkatan DPG ini. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, hal ini dapat
menjadi suatu mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap hipoksia,
khususnya terhadap hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik.
Namun, adanya kelebihan DPG juga akan menyulitkan hemoglobin untuk bergabung
dengan oksigen dalam paru bila PO2 alveolus dikurangi, dengan demikian
kadang-kadang menimbulkan resiko juga selain manfaat. Oleh karena itu
pergeseran kurva disosiasi DPG memberi manfaat pada keadaan tertentu tetapi
merugikan pada keadaan lain. (Brandis, 2006)
Pergeseran kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin sebagai respon terhadap perubahan karbon dioksida dan ion
hidrogen memberi pengaruh penting dalam meninggikan oksigenasi darah dalam paru
serta meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam jaringan. Ini disebut Efek Bohr, dan dapat dijelaskan sebagai
berikut: Ketika darah melalui paru, karbon dioksida berdifusi dari darah ke
dalam alveoli.Ini menurunkan PCO2 darah dan konsentrasi ion hidrogen sebagai
akibat penurunan asam karbonat darah. Efek dari dua keadaan ini menggeser kurva
disosiasi oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke atas. Oleh karena itu, jumlah
oksigen yang berikatan dengan hemoglobin menyebabkan PO2 alveolus meningkat,
dengan demikian transpor oksigen ke jaringan lebih besar. Bila darah mencapai
jaringan kapiler, terjadi efek yang tepat berlawanan. Karbon dioksida yang
memasuki darah dari jaringan menggeser kurva ke kanan, memindahkan oksigen dari
hemoglobin ke jaringan dengan PO2 yang lebih tinggi daripada seandainya tidak
terjadi demikian.(Brandis,
2006)
Faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan pergeseran kurva
disosiasi :
Effects of carbon dioxide.
Carbon dioxide mempengaruhi kurva dengan 2 cara : pertama, dengan
mempengaruhi intracellular pH (the Bohr effect), dan kedua, akumulasi
CO2 menyebabkan penggunaan
carbamine. Penurunan carbamin akan menggeser kurva ke kiri. (Brandis,
2006)
Carbon Monoxide.
Karbon monoksida mengikat hemoglobin 240 kali lebih kuat daripada dengan
oksigen, oleh karena itu keberadaan karbon monoksida dapat mempengaruhi
ikatan hemoglobin dengan oksigen. Selain dapat menurunkan potensi ikatan
hemoglobin dengan oksigen, karbon monoksida juga memiliki efek dengan
menggeser kurva ke kiri. Dengan meningkatnya jumlah karbon monoksida,
seseorang dapat menderita hipoksemia berat pada saat mempertahankan PO2
normal. (Brandis, 2006)
Effects of Methemoglobinemia
(bentuk hemoglobin yang abnormal). Methemoglobinemia menyebabkan
pergeseran kurva ke kiri.6
Fetal Hemoglobin.
Fetal hemoglobin (HbF) berbeda secara struktur dari normal hemoglobin
(Hb). Kurva disosiasi fetal cenderung bergerak ke kiri dibanding dewasa.
Umumnya, tekanan oksigen arteri pada fetal rendah, sehingga pengaruh
pergeseran ke kiri adalah peningkatan uptake oksigen melalui plasenta. (Brandis,
2006)
DOWNLOAD ARTIKEL REFRENSI DALAM BENTUK MS. WORD,KLIK AJA DISINI